Beranda | Artikel
Mencintai Perjumpaan Dengan Allah
Rabu, 1 April 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Mencintai Perjumpaan Dengan Allah merupakan  bagian dari kajian Islam ilmiah Nasihat-Nasihat Para Sahabat yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. pada 21 Rabbi’ul Tsani 1441 H / 19 Februari 2020 M.

Kajian Tentang Mencintai Perjumpaan Dengan Allah

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ ، وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ

“Siapa yang merasa suka untuk bertemu dengan Allah, Allah akan suka bertemu dengannya. Dan siapa yang tidak menyukai bertemu dengan Allah, Allah pun tidak suka bertemu dengannya.”

Berkata ‘Aisyah istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Kami -wahai Rasulullah- tidak suka kematian, itu bagaimana?”

Rasulullah Bersabda, “Bukan itu maksudnya (artinya tidak suka kematian itu tidak masalah) akan tetapi seorang mukmin ketika hadir kepadanya kematian, maka diberikan ia kabar gembira dengan karunia Allah, dengan keridhaan Allah dan kemuliaan. Maka pada waktu itu tidak ada sesuatu yang lebih ia sukai daripada apa yang ia lihat di depannya itu. Maka saat itu ia merasa suka bertemu dengan Allah. Allah pun suka bertemu dengan dia. Adapun orang kafir, apabila sedang sakaratul maut, ia diberikan kabar buruk dengan azab Allah dan sanksinya yang keras. Maka saat itu tidak ada sesuatu yang paling ia sukai dari apa yang dia lihat didepannya. Saat itulah ia tidak mau bertemu dengan Allah dan Allah pun tidak suka bertemu dengan dia.” (Dikeluarkan oleh Imam Bukhari di no. 6.507 dan Muslim no. 2.683)

Hadits ini menunjukkan bahwa seorang mukmin saat ia sakaratul maut akan diperlihatkan dan diberikan kabar gembira dengan kebaikan. Diperlihatkan kepadanya tempat duduknya di surga. Oleh karena itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّـهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ ﴿٣٠﴾ نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۖ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ ﴿٣١﴾

Sesungguhnya orang yang berkata, ‘Rabb kami Allah’ kemudian dia istiqamah dalam hidupnya sampai akhir hayatnya, maka akan turun kepada mereka para Malaikat (yaitu disaat sakaratul maut). Maka para Malaikat itu berkara, ‘Jangan takut, jangan bersedih hati, bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan kepadamu, kami adalah wali-wali kamu di dunia dan akhirat. Kamu akan mendapatkan apa yang kamu mau dan kamu akan mendapatkan yang kamu minta’” (QS. Fussilat[41]: 30-31)

Subhanallah.. seorang mukmin saat sakaratul maut sudah diberikan kabar gembira. Kenapa? Karena kesabaran dia didalam  istiqamah. Ia berusaha terus menjaga perintah-perintah Allah, dia berusaha sekuat tenaga menjauhi larangan-larangan Allah. Maka saat itulah Allah jaga ia. Karena orang yang menjaga perintah Allah, menjaga larangan Allah, janji Allah adalah Allah akan jaga dia, bahkan saat sakaratul maut pun dijaga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ini Subhanallah, kabar gembiara yang luar biasa agung. Bagaimana tidak? Karena kehidupan di dunia hanya sementara dan kehidupan hakiki itulah kehidupan akhirat. Maka saudaraku, sungguh sengsara orang yang setelah kematiannya ia sengsara. Ia baru sadar tentang hakikat kehidupan dunia itu sementara. Makanya diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, beliau berkata: “Manusia tidur, ketika sudah meninggal baru sadar.” Artinya banyak manusia tidur (hidupnya itu), dilalaikan oleh berbagai macam kesenangan dunia. Ketika telah meninnggal baru sadar bahwa hidup di dunia sementara, bahwasanya ia akan kembali kepada Allah dan akan dimintai pertanggung-jawabannya dan akan melihat balasannya.

Saudaraku-saudaraku sekalian,

Oleh karena itu siapa yang ingin diberikan kabar gembira saat kita sakaratul maut, maka hendaklah kita bergembira dengan menjalankan perintah Allah, hendaklah kita bergembira ketika kita meninggalkan maksiat dan kita merasa senang saat kita bisa meninggalkan maksiat. Tapi siapa yang waktu hidup di dunia dia tidak suka bermunajat dengan Allah, tidak suka untuk menjalankan perintah-perintah Allah, tidak suka untuk menjauhi larangan Allah bahkan lebih suka untuk melakukan larangan-larangan Allah dalam kemaksiatan, maka diwaktu dia meninggal dunia pun juga diberikan kabar buruk. Maka saat itu dia tidak akan suka bertemu dengan Allah dan Allah juga tidak suka bertemu dengan dia.

Maka saudaraku, kewajiban setiap kita, jadilah kita orang yang senantiasa semangat dalam ketaatan dan kebaikan. Kita merasa gembira saat kita isa bermunajat dengan Allah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ سَرَّتْهُ حَسَنَتُهُ، وَسَاءَتْهُ سَيِّئَتُهُ فَهُوَ مُؤْمِنٌ

“Siapa yang merasa gembira dengan amalan-amalan shalihnya dan ia merasa sedih dengan amalan-amalan keburukannya, maka itu tandanya dia seorang mukmin.” (HR. Ahmad)

Itulah mukmin, saudaraku. Kegembiraan yang hakiki bagi seorang mukmin itu saat ia bisa mentaati Allah dan kerugian serta kesedihan bagi seorang mukmin itu saat ia jatuh kepada maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka inilah saudara-saudaraku sekalian, kita memohon kepada Allah supaya kita diberikan istiqamah, supaya ketika kita meninggal dunia ternyata kita diberikan kabar gembira dengan kebaikan. Maka saat itu kita merasa suka bertemu dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Mari simak kajian yang penuh manfaat ini pada menit ke-8:03

Download mp3 Kajian Tentang Mencintai Perjumpaan Dengan Allah


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48299-mencintai-perjumpaan-dengan-allah/